Analisis seputar Filsafat Teoritis dan Filsafat Praktis

Analisis seputar Filsafat Teoritis dan Filsafat Praktis
Oleh: Yahyan
Aktivis di JAKFI NUSANTARA

Dalam berbagai aspek kehidupan, tentu banyak pandangan mengenai pemikiran yang menjadi acuan kita dalam studi pembelajaran menerima satu pembelajaran yang dianggap baik dan benar adalah menyelewengkan berbagai pembelajaran lainya, tentu itu menjadi konsekuensi logis, di sisi lain kita tidak meniscayakan penolakan itu tapi kita mencoba untuk mentasawwuri (penggalian informasi) beberapa pembelajaran sehingga kita mampu untuk mestasdiq (pemberian nilai/penilaian) dalam bentuk argumentasi yang rasional.

Pembahasan seputar filsafat teoritis dan praktis di dalamnya Muthahhari mencoba untuk memaknai arti filsafat dalam berbagai perspektif para filsuf, pengertian yang begitu banyak tentang arti filsafat tentu menjadikan kita bimbang dan tak tahu memilih yang mana sebagai satu landasan dalam study pembelajaran. Hal ini kemudian kembali ditinjauh dengan berbagai pengartian dan menggunakan metode tasawwur sebagai alternatif dalam mentasdik nantinya.
Para filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat (ilmu rasional) memiliki dua bagian teoritis dan praktis
Filsafat teoritis menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya sedangkan Filsafat praktis menggambarkan perilaku manusia sebagai mana mestinya.

Tentu hal di atas akan sedikit merepleksikan akal kita untuk sedikit demi sedikit memahami arti filsafat teoritis dan praktis.
Tentunya bukan sampai di sini saja pembahasan ini melainkan ini sebagai awal, kulit dari isi pembahasan, tentunya sejauh ini kita memahaminya sebagai salah satu bentuk teoritis tetapi bukan berarti tidak sampai kepada praktisnya. 

Di masa sebelum socrates ada sekelompok yang menyatakan dirinya sebagai sophist, yaitu para cendikiawan, kelompok ini mencoba memberikan pemahaman bahwa persepsi indrawilah yang digunakan untuk menangkap suatu hakikat dan kebenaran dan membuat berbagai kekeliruan dalam memaknai arti sophist dalam bentuk argumentasi. 

Lambat laun hal ini semakin menyebar luas dikarenakan orang percaya dengan hal itu dan sudah keluar dari arti sophist yang sebenarnya. Mereka terjebak dalam asosiasi yang sudah terbangun dalam kepala mereka akibat terlalu cepat dalam menilai sesuatu tanpa adanya verifikasi terlebih dahulu.
Socrates yang kini orang sebut sebagai sopihst, dia enggan di katakan seperti itu sebab kerendahan hati-nya dan takut akan disejajarkan dengan kaum sopihst karena pandangan yang begitu banyak dan ditambah lagi banyaknya paham-paham tentang sopihst pada masa itu. Oleh karenanya socrates tidak menginginkan sebuah penamaan sopihst atau cendikiawan dan dengan hal itu dia dinamakan sebagai filsuf (philosophos)/pencinta ilmu.
Namun kita tidak akan membahasan mengenai asal muasal dari socrates mengapa sampai pada tahap filsuf.

Para filsuf mengatakan bahwa dalam pembahasan filsafat tentu ada pembahasan yang istimewa dari pada bagian yang lain dan seolah-olah dialah inti dari pembahasan filsafat ada pada bagian itu yang di mana disebut dengan berbagai sebutan
Filsafat utama, filsafat tinggi, ilmu tertinggi (a'la), ilmu universal (kulli), teologi (ilahiyah), dan filsafat metafisika.

Tetapi di sisi tertentu ada hak tertentu yang perlu juga diperhatikan bahwa orang terdahulu mengatakan bahwa ilmu argumentasi adalah sebuah ilmu yang lebih efisien dan jelas ketimbang ilmu-ilmu lain dan ilmu inilah yang menjadi dominan dari ilmu lainnya serta merupakan raja dari semua ilmu. Oleh karena itu semua ilmu bergantung pada ilmu tersebut sehingga ilmu tersebut tidak bergantung pada ilmu-ilmu lain dan juga lebih univers ketimbang ilmu lainnya. 

Secara jelas, bahwa filsafat ialah ilmu rasional tanpa pewahyuan yang mencakup teoritis (adanya) dan praktis (mestinya). Filsafat dikatakan sebagai kesempurnaan jiwa manusia baik dari sisi teoritis maupun praktis. Olehnya, disebut filosof ialah ia yang alam internalnya, sesuai dengan alam eksternalnya, mengetahui permasalahn teoritis juga praktis. 

Sulit menjadi Filosof

Namun.... 
Setiap ajaran yang mempercayai dan menyakini kebenaranya, harus melindungi kekebasan berpikir dalam berkepercayaan

Sekian dan terimah kasih 
Wassalamualaikum wr.wb.

Gambar diambil di pojok kampus UNANDA PALOPO 
Tekhnik Epistemik

Post a Comment

أحدث أقدم