Mengubah Rupa Gerakan Mahasiswa (2021) : Ibrahim Yakub


 

KATA PENGANTAR

MERETAS GELISAH MEMBINGKAI MAKNA

(Pasang Surut Gerakan Mahasiswa)

Dr. Aziz Hasyim,SE,.M.Si.

 

Hal terbesar dari cara kita mengukir keabadian dan penonjolan eksisitensi ke”diri”an adalah berusaha menorehkan tinta pena dalam membangun narasi-narasi pencerahan dan atau pencerdasan. Mungkin itulah salah satu yang melatari kesadaran seorang Ibrahim Yakub menghadirkan gagasannya dalam buku yang diberi judul“ Mengubah Rupa” Gerakan Mahasiswa. Gufran A. Ibrahim –sang penulis mengelola pluralisme- mengetengahkan bahwa berbicara terbatas ruang dan waktu, tetapi menulis melampaui ruang dan waktu. Tentu buku ini menjadi pewarna baru dalam khazanah bangunan kesadaran akan pentingnya menumbuhkan literasi, sehingga jejak gagasan tak menjadi berserakan melainkan ditata dalam lembaranlembaran yang selanjutnya menjadi pilar peradaban. Tak terbantahkan bahwa perubahan akan mewujud dalam kehidupan nyata, bila pikiran yang lurus dan kritis masih tetap dan terus dirawat dalam jagad raya.

 

Oleh karenanya refleksi (memutar kembali) setiap etape perubahan baik melalui gerakan-gerakan moral maupun catatan kritis merupakan suatu keharusan yang terus dan tetap diperjuangkan.

Sesungguhnya bukan ha lmudah menghadirkan buku ini.Sang penulis harus berjuang ekstra menelusuri jejak rekam gerakan mahasiswa pada setiap episode dan pada level pergerakannya.Dari sanalah ditemukan pengetahuan, informasi, bahkan mungkin cerita yang selanjutnya mengisi ruang kosong lembaran,lalu menjadi narasi lugas dalam Bab per Bab yang menjadi bagian dari isi buku ini. Penting kiranya kehadiran buku ini, sebab belum banyak yang memberikan kesaksian atas gerakan mahasiswa dalam alur berpikir gerakan yang oleh penulis disebut sebagai “mengubah rupa”.

 

Apakah konteks yang dimaksudkan adalah perlu gerakan perubahan yang dimotori mahasiswa dalam model yang berbeda.Dalam istilah lain bahwa perspektif yang digunakan sebagai sesuatu yang Déjà Vu sudah sepatutnya menjadi perspektif Vuja De. Artinya semangat gerakan mahasiswa tetap sama dalam memberi respon atas setiap kebijakan dan perubahan, namun dengan menggunakan metode dan cara membangun gerakan dalam perspektif yang lain (vuja De). Saya menangkapnya bahwa penulis hendak memberikan gambaran tentang peta lain arah gerakan mahasiswa kontemporer, dengan penyebutan mengubah rupa. Kendati demikian penulis menegaskan bahwa “rupa lain” tak akan mengabaikan khitah dan/atau semangat perjuangan mahasiswa yang tak lain adalah sebagaiagen of control (agenperubahan).

 

Gerakan mahasiswa tak bisa dilepaskan dari akar sejarah pergolakan pemikiran kelompok yang mengklaim diri sebagai insan cita (baca: mahasiswa). Mereka bahkan mungkin dapat dibilang telah “mewakafkan” sebagian perjalanan hidupnya untuk mengabdikan diri dalam mendorong dan memperjuangkan suara rakyat yang abaidi dengarkan oleh mereka yang punya kuasa.Sikap kritis dan tampak kstaria yang dimilikinya harus diakui tak dipunyai oleh kelompok lain. Kendati demikian terkadang mereka harus menghadapi stigmatisasi atau penerimaan yang tidak bijak dalam setiap pergerakan yang dilakoninya.Kesadaran kritisnya tak diragukan, sebab selalu sealur dengan nafas perjuangan dalam menyoroti dinamika setiap ruang kuasa.Mungkin inilah yang memposisikan mahasiswa sebagai garda terdepan pada setiap siklus perubahan yang terjadi dibangsa ini.

 

Buku ini tampaknya menggambarkan kegelisahan penulis atas jalan terjal gerakan mahasiswa, bahkan mungkin penulis hendak menegaskan bahwa pilihan gerakan mahasiswa harus lebih transformative sehingga mampu mereduksi semua pe-label-an negative bahwa gerakan mahasiswa ditunggangi oleh kelompok tertentu, terlebih ditengah kuatnya arus globalisasi informasi yang sangat tipis batas antara kebenaran dan kedunguan. Dititik inilah kesadaran kritis dan juga etis dari seorang Ibrahim Yakub untuk memeras pikirannya dalam rangka menemu-kenali saripati dan juga tentu kelemahan-kelemahan gerakan mahasiswa kontemporer sehingga mampu menyuguhkan makna baru dalam diksi “Mengubah Rupa”.Sekalilagi, bukan hal mudah mengukir huruf menjadi kata, lalu menjadi kalimat dan selanjutnya tersusun menjadi paragraph. Namun dengan keinginan kuat dan kokoh,buku ini mampu dihadirkan sebagai pemberi catatan kritis dan baru dalam wacana dan tindakan gerakan perubahan yang dimotori mahasiswa. Sebagaimana tajuk pengantar yang dipilih “meretas gelisah membingkai makna”, buku karya Ibrahim Yakub tak lain adalah upaya meretas kegelisahan penulis dalam pencermatannya atas gerakan mahasiswa yang “mungkin saja” mengalami pengikisan dari semangat awalnya sehingga suara lantang yang begitu menggelegar terkadang tak lagi mampu menggoyahkan ruang-ruang kuasa. Beranjak dari potret gelisah inilah, hendak dikonstruksi makna sejati gerakan mahasiswa kontemporer dengan daya pengaruh signifikan dalam mendorong agendaagenda perubahan kedepan kearah yang lebih baik.Sudah tentu ini bukanlah tugas tunggal yang diemban oleh penulis, namun sejatinya ia menjadi agenda bersama. Paling tidak buku ini, telah mengawali diskursus yang mumpuni pada aras format dan konstruksi pola pergerakan mahasiswa kini dan esok.

 

Oleh karenanya tak berlebihan bila apresiasi yang tinggi kita berikan kepada penulis yang mencoba “mengingatkan kembali” bahwa kesadaran merawat kecerdasan adalah hal penting dalam kerangka membingkai gerakan perubahan, tentu lewat tulisan karya- karya nyata seperti buku yang kini hadir dihadapan kita. Bahwa terdapat hal yang belum terulas secara tuntas adalah suatu kewajaran dalam buku ini.

 

Mengingat transformasi ilmu pengetahuan yang begitu cepat sehingga mengubah perspektif yang kini terpakai harus ditinggalkan dan memilih jalan baru adalah sesuatu yang ladzim.Namun, keinginan penulis untuk membuka kembali wacana dan/atau diskursus tentang gerakan mahasiswa lewat bukunya merupakan kerja-kerja intelektual yang harus terus dirawat.Bahwa terdapat kekurangan dalam buku ini adalah sebuah kesadaran yang pasti.Sebab dengan kesadaran itu, kita sesungguhnya telah menyepakati bahwa itulah sifat ilmu dan pengetahuan yang selalu mengalami transformasi dan adaptasi yang terus berlangsung sepanjang siklus kehidupan ini ada.

 

Akhirnya, melalui pengantar ini saya hendak menegaskan bahwa penulis telah mencatatkan dirinya untuk tidak tergilas oleh roda peradaban.Sebab karya ini akan tetap mengukir nama penulis menjadi abadi, terutama ketika bahasan tentang gerakan mahasiswa dikumandangkan. Mungkin ini pula yang membuat seorang Shoe Hoek Gie berseloroh bahwa“ Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua adalah dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah mati diusia tua”, wahai bayi kecil dari tiada menjadi ada, dan kembali dalam ketiadaanmu”. Sukses selalu adinda Ibrahim yakub.Teruslah mengukir karya, karena hanya dengan itu kita akan selalu dikenang walau zaman akan berubah. Sekali lagi apresiasi yang tinggi untuk penulis, semoga ini adalah karya awal yang akan menjadi pemantik untuk menghadirkan karya-karya yang lebih monemuntal pada esok dan akan datang. Yakin, usaha, sampai.


MENGUBAH RUPA GERAKAN MAHASISWA

 

Cetakan Pertama,  Mei 2021

 Penulis                                     : Ibrahim Yakub

Penyunting                             : Isnul Ar Ridha

Pemeriksa Aksara                : Andi Tenri Sanna

Desain Sampul                     : Baim / Sahrul Ramadhan

Tata Letak                              : Fadel Assar Ihsan

Diterbitkan Oleh Akalanka Publisher

BTN Merdeka Blok F No. 10 Kelurahan Salekoe Kecamatan Wara Timur  Kota Palopo,

Sulawesi Selatan, 91921 Indonesia. Telp.  0853 9400 8849 Email : akalankabuku@gmail.com

Pemegang Hak Cipta ©2021 : Ibrahim Yakub Buku ini diterbitkan secara Self-Publishing. Isi buku diluar tanggungjawab Akalanka Publisher, dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemegang hak cipta

IBRAHIM YAKUB MENGUBAH RUPA GERAKAN MAHASISWA

Palopo : Akalanka Publisher 

111 hlm; 11,5 cm x 17 cm

ISBN:9786239202187

Post a Comment

أحدث أقدم