Perawan


 

Sebuah Novel
 
Judul              : Perawan
Penulis           : Kehn Iskan
Editor             : Alvin Shul Vatrick
Desain Cover : Alvin Shul Vatrick
 
Penerbit         : CV. Akalanka Publisher
Ukuran Buku : 13 x 20 cm
Halaman        : 410 Halaman
Tahun Terbit  : November 2022
ISBN             : -

Harga @        : Rp96.000
 
Sinopsis Perawan
 
       Halimah terlahir sebagai seorang yatim. Ayahnya meninggal tiga hari sebelum dia lahir ke dunia. Ibunya membesarkannya dalam segala keterbatasan. Halimah tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Meski sangat terbatas dari segi ekonomi, ibunya mampu menyekolahkannya hingga lulus Aliah di Pesantren. Halimah pun menjadi perempuan pertama di kampung yang mampu memiliki ijazah SMA sederajat.
      Amalia adalah sahabat Halimah dari kecil. Mereka tak terpisahkan. Amalia selalu membela Halimah dalam segala situasi. Tak rela dia jika melihat Halimah bersedih, namun pada akhirnya dialah yang menjadi penyebab utama luka terbesar Halimah.
        Meski menjadi kembang desa yang selalu dipuja-puja, Halimah menjadi perawan tua. Dulu ibunya dianggap sebagai perempuan patula (sebutan untuk janda yang ditinggal mati suami di usia muda). Janda seperti ini dipercaya sebagai janda pembawa sial. Siapa pun yang menikahi dengannya akan bernasib serupa dengan suami pertamanya, yakni berumur pendek. Maka, ibu Halimah menjanda hingga tutup usia. Padahal dia merupakan janda muda yang cantik dan tangguh.
       Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Halimah bernasib seperti sang ibu, bahkan lebih memilukan. Akram, calon suaminya, meninggal sepekan sebeulum hari pernikahan. Maka, Halimah dianggap pula sebagai perempuan patula. Tidak satu pun lelaki yang berani melamarnya setelah kejadian itu.
       Sebenarnya, Halimah dicintai oleh Taslim, pemuda bersuara merdu yang sesekali azan di masjid. Halimah pun membalas cintanya meski tak ada hubungan yang disebut pacaran. Mereka hanya saling tahu bahawa mereka saling mencintai. Namun, orang tua Taslim yang salah kaprah malah melamar Amalia untuknya. Taslim tidak bisa berbuat apa-apa. Membatalkan lamaran sama halnya dengan merendahkan martabat keluarga kedua belah pihak. Amalia pun tidak bisa berbuat banyak sebagai seorang perempuan. Apalagi, sudah lama orang tuanya berharap dia segera dilamar oleh seorang pemuda.
      Dalam waktu bersamaan, Halimah pun dilamar pemuda tampan, pekerja keras, dan taat ibadah, dialah Akram. Ibu Halimah terlanjur menerima lamaran itu. Halimah pu tidak tidak dapat berbuat banyak. Apalagi ibunya sudah menerima dengan baik niat baik keluarga Akram yang datang melamar. Dan memang tak ada alasan untuk menolak lamaran lelaki seperti itu. Dialah tipikal lelaki yang didambakan banyak perempuan.
     Maka, Halimah berusaha meluapakan Taslim dan menumbuhkan cinta untuk Akram sebagai suaminya kelak. Sayang seribu sayang, saat benih-benih cinta itu perlahan tumbuh, Akram meninggalkan dunia ini untuk selamanya dalam sebuah tragedi memilukan.
       Adapun Taslim belum bisa melerai Halimah dari hati dan pikirannya. Awalnya dia sudah belajar merelakan, bahwa dia akan memperlakukan cinta sebagaimana mestinya, yakni tersenyum melihat Halimah bahagia bersama Akram. Namun, kepergian Akram membuatnya merasa serbasalah. Bagaimana mungkin dia bisa hidup bahagia bersama Amalia, sedang Halimah sendiri merana? Puncaknya adalah ketika Taslim malah menyebut nama Halimah saat dibimbing penghulu melakukan akad untuk mempersunting Amalia.

Post a Comment

أحدث أقدم