GURU : Catatan Peringatan Hari Guru 2019

GURU
(Tulisan Hari Guru)

Oleh : Muhammad Nursaleh

"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku".

Setop ! Saya berhenti bernyanyi ketika kawan kantor tertawa kecil mendengarnya.  "Mumpung ini hari guru, tak ada salahnya kan saya menyanyi. Apalagi saya tak mengikuti upacara." Enteng saya menjawab tawanya.

Jujur saja, saya tergolong ASN yang paling malas mengikuti upacara hari-hari nasional. Termasuk Hari Guru hari ini. Bukan apa-apa. Saya bosan. Hati saya selalu marah. Bosan dengan tontonan kesalahan-kesalahan yang terus berulang setiap kali ada upacara. Tidak ada perbaikan apalagi sanksi sebagai ikatan. Malah dianggap biasa. Sudah seperti budaya.
 
Dari dulu, sah saja peserta atau undangan upacara lalu-lalang saat Indonesia Raya dikumandangkan. Atau duduk jongkok tiada beban, seraya membiarkan lagu Wage Rudolf Supratman itu tuntas seiring bendera pusaka tiba di ujung tiang. Ataukah tetap memilih berdiri dengan posisi "hormat grak" namun mulut ditutup rapat-rapat. Malas menyanyi. Tak ada penghargaan sama sekali.

Jangan mengatakan itu terkecuali guru. Guru pun tidak terlepas dari perilaku buruk ini.  Guru seperti kehilangan malu. Tidak malu-malu mempertontonkan sesuatu yang keliru. Maka benarlah adagium "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Apa yang dilakukan guru itu pula yang ditiru sang murid. 

Jadi jangan heran saat upacara, anak didik seenak-enaknya keluar masuk barisan, menyanyi antara ada dan tiada, duduk semau hatinya. Bubar barisan semau kakinya. 
Sepele ? Iya sepele sekali. Namun secara  langsung seketika itu juga cibiran muncul. Profesi mulia itu dicemooh hanya gara-gara tak tertib saat upacara. 

Belum lagi jika menengok potret buram sebagian oknum guru yang tersangkut kasus hukum. Rata-rata tindakan asusila. Sebut misalnya kelakuan tiga guru di Serang, yang menyetubuhi 3 siswinya berkali-kali yang dilakukan berdasarkan suka sama suka. 

Di Pontianak, seorang siswi setingkat SMA  di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengaku menjadi budak seks oleh gurunya sendiri. Kasus ini terungkap pada Juli 2019. 

Ada juga kasus video asusila guru honorer di Purwakarta yang viral di media sosial pada September 2019. Terbaru, di November 2019 ini, seorang guru SMK di Buleleng, Bali ditangkap gara-gara mengajak seorang siswinya untuk berhubungan intim. Kejadian ini menambah daftar panjang kasus hukum yang melibatkan guru sebagai pelaku sekaligus aktor utama.

****** 
Banyak yang menyebut saya sebagai guru. Atau lain waktu disebut suhu. Namun bukan profesi formal yang terikat jam pelajaran dan gaji tetap. Ini lain.  

Guru elang. Saya tertawa. 

Tak pernah serius menanggapinya. Di komunitas raptor yang saya bentuk, saya selalu mengatakan bahwa tidak ada murid, juga tidak ada guru. Kita pada dasarnya sama. Sama-sama belajar. Jika ada ilmu yang saya bagi bukan berarti saya lebih tahu. Kita hanya dibedakan soal waktu. Kebetulan saja saya lebih dulu bermain dengan elang. Saya hanya belajar dari pengalaman. Belajar dari salah dan benar. Dari kedua itulah saya menyampaikan ilmu yang benar memelihara elang. Itu pun baru sebatas dasar-dasarnya saja.

Hampir tiga tahun saya berinteraksi dengan pemangsa jenis elang dan burung hantu.  Berawal dari youtube. Tonton orang Arab main elang. Saya akhirnya banting stir. Dari burung kicau berganti burung pemangsa. Semua tentang elang dan burung hantu serta teknik melatihnya saya pelajari. Cari guru sebagai pembimbing lalu bulat hati memelihara elang. 

Seiring waktu hobi saya bertumbuh. Bahkan seperti virus. Mampu menulari orang lain. Dan saya seringkali jadi tempat konsultasi seputar pemeliharaan hingga cara melatih. Macam-macam keluhan. Beraneka ragam soal yang saya jumpai. 

Tentu saja pertanyaan mereka tak semua mampu saya jawab. Keterbatasan saya ada. Saya tidak mungkin memberi jawaban yang sebenarnya saya tidak ketahui hanya demi ingin terlihat sebagai seorang guru. Apalagi secara berani memberi contoh yang sesungguhnya menyalahi standar operasional memelihara elang.

Saya takut memikul dosa ketika elang mereka bermasalah. Sakit bahkan mati hanya karena saya salah memberi contoh. Saya tak mau mereka kencing berlari hanya karena saya kencing berdiri.

Suli, 25 November

Post a Comment

أحدث أقدم