Pengetahuan : Antara Ontologis dan Epistemologis

Pengetahuan, Antara Ontologis dan Epistemologis

Oleh : Ust. Alfit 

Pernahkah anda menatap cermin? Kala itu, apa yang anda (ingin) lihat? Ada dua kemungkinan; pertama, anda menatap cermin karena ingin melihat cermin. Kedua, anda menatap ke cermin lantaran hendak melihat wajah anda.

Yang pertama disebut pandangan ontologis. Yakni, kita memosisikan cermin sebagai satu entitas diantara beragam entitas yang diamati. Ini disebut dengan ma fihi yanzur (melihat kearahnya). Sementara yang kedua adalah pandangan epistemologis. Kita menjadikan cermin sebagai alat untuk melihat wajah kita, ma bihi yanzur (melihat dengannya).

Pun demikian dengan ilmu yang kita miliki. Secara ontologis, ilmu adalah satu wujud diantara wujud-wujud mental yang lain. Dari bentangan level-level eksistensi, wujud ilmu berada di level alam non materi. Akan tetapi, dari sisi epistemologis, pengetahuan adalah cermin (hikayah) yang dengannya, kita melihat realitas.

Dengan ini pula, ilmu memiliki dua peran. Peran ontologis (eksistensial) dan peran epistemologis (esensial). Peran ontologis ilmu yaitu meluaskan eksistensi subjek yang mengetahui (alim). Dengan hadirnya pengetahuan dalam diri, wujud diri akan mengalami keluasan eksistensi.

Dari sisi epistemologis, ilmu akan mengubah subjek yang mengetahui menjadi cermin penampil realitas. Hakikatnya, manusia yang berilmu adaah cermin-cermin realitas. Menatapnya adalah menatap realitas.

Semakin berilmu manusia, semakin meluas eksistensinya, dan semakin beragam pula realitas yang terpancar dari dalam dirinya. Sebaliknya, semakin jahil manusia, semakin menyempit juga eksistensinya, dan tak ada yang terpancar dari dalam dirinya selain kegelapan.

Tuhan disebut 'muhit/yang Maha Meliputi', karena keluasan nirbatas eksistensi-Nya. Keluasan nirbatas eksistensi Tuhan disebabkan tak ada satupun hal yang tak diketahui-Nya, wahuwa ala kulli syaiin 'alim.   Maka Tuhan adalah sesempurnya cermin realitas. Tak ada realitas yang tak terpancar dari wujud-Nya.

Walhasil, dengan berfilsafat, kita berupaya meningkatkan pengetahuan. Dengan begitu, cermin diri akan meluas. Saat itu, kita layak disebut sebagai manifestasi Tuhan yang Maha berilmu.

~Alfit Lyceum
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi

Post a Comment

أحدث أقدم