NOL JADI GOL


Judul : Nol Jadi Gol

Penulis : Muhammad Nursaleh

ISBN : (Proses)

Editor : Anwar Amir

Tata Letak : Jefriadi

Sampul : Jefriadi

Penerbit : CV. Akalanka Publisher

Harga : Rp. 0 

Sinopsis

Entah dari mana saya harus memulai menulis catatan di buku ini. Benang kenangan teramat panjang untuk saya urai di dalam suasana kebatinan saya yang didera kebahagiaan tiada tara jelang purna abdi sebagai bupati. Saya merasa bahagia dan senantiasa mengucap syukur pada ALLAH SWT, telah diberi kesempatan menjadi bagian terbesar dari sejarah panjang perjalanan sebuah wilayah yang disebut Belopa.

Melihat Belopa sekarang, saya sering terbawa pada lompatan waktu masa lalu. Masa ketika kita mengawalinya bersama dengan penuh tatih, tumpahan keringat dan buah-buah pikiran yang tergurat jelas di jidat. Masa di mana kita melangkah tanpa apa-apa sebagai penyerta selain semangat yang terus terpatri di dada dan
doa-doa yang kita munajatkan sepanjang waktu kepada-NYA. Masa di mana tangan-tangan kita begitu kuat saling menggengam untuk sebuah harapan membangun kota impian yang semula hanyalah daerah sepi seolah tak bertuan.

Dulu, Belopa hanya di simpang jalan. Hanya memiliki nafas separuh hari sebelum diselimuti sepi hingga pagi datang kembali. Dan waktu telah membuat segalanya berubah. Lamat-lamat rumah-rumah panggung mengambil bagian menjadi saksi awal mula kebersamaan kita mengabdikan sekaligus membuktikan diri sebagai penyintas di antara ragam tantangan yang menuntut dihadapi hingga tuntas.

Di rumah mertua saya memulainya. Bekerja sekuat daya upaya yang ada, berjuang menyiapkan sarana dan prasarana hingga mengejar keabsahan Belopa untuk mendapatkan pengakuan dari negara. Hanya dalam tempo yang tidak terlalu lama semua mimpi itu bisa kita wujudkan bersama. Kini, Belopa terus tumbuh seiring perjalanan waktu

Sepuluh tahun saya telah mengabdikan diri sebagai abdi. Pelayan bagi rakyat. Apa yang terlihat sekarang bukanlah sesuatu yang harus saya banggakan. Saya menganggap itu adalah keharusan, hukumnya wajib saya tunaikan atas amanah yang di letakkan di pundak saya. Sebagai nakhoda yang memiliki tanggung jawab besar, tugas saya memastikan bahtera tiba di pulau impian meskipun harus melewati tantangan yang tidak ringan. Saya lapang dada menyambut cacian di perjalanan, tersenyum pada ombak kritik yang tidak sedikit, bahkan memilih diam
menghadapi badai yang sudah menyentuh ranah pribadi. Semuanya saya jawab dengan total semata bekerja, membuahkan karya hingga mengembalikan semuanya kepada pemilik mutlak atas diri saya sebagai manusia, sebagai seorang pemimpin, kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sepuluh tahun kita merajut cerita dengan benang kerja hingga menghasilkan sulaman karya. Tentu saja semua pencapaian-pencapian itu mustahil sempurna.

Namun, bukan berarti saya bersembunyi di baliknya, menjadikan itu alasan pembenaran atas apa yang telah saya kerjakan. Ketidaksempurnaan kita sebagai manusia, sesungguhnya adalah tititan yang disiapkan tuhan yang di atasnya tuhan menaruh banyak keping-keping pengetahuan untuk kita ambil lalu menyimpannya sebagai pelajaran demi melakukan perbaikan ke depan.

Ketidaksempurnaan adalah peta dan kompas kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Peta adalah titik di mana harus memulai langkah, berangkat berbekal pengetahuan sementara kompas adalah penuntun ke mana pengetahuan semestinya bertahta hingga berguna bagi sesama.

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Sebagaimana saya telah memulainya dengan baik bersandar pada niat tulus dan murni semata ingin membangun kampung halaman, seperti itu jugalah harapan akhir yang menjadi epilog dari
rentetan-rentetan pengabdian saya sebagai abdi untuk jutaan harapan. Saya menyadari, sebagai pemimpin masih banyak harapan-harapan yang menggenang, masihlah banyak janji yang belum semua ditunai. Sekuat apa apun saya berusaha mewujudkannya, ada sekat, ada batas yang menjadi wilayah kekuasaan tuhan yang tidak bisa dilanggar. Kesempurnaan tak akan pernah menjadi milik manusia. Itulah mengapa sejarah setiap pemimpin tak pernah berakhir dengan kerja dan karya yang terbingkai memuaskan secara keseluruhan.

Sejak kembali ke tanah kelahiran, sedari dulu saya telah berpikir untuk me￾monumentalkan apa saja yang saya kerjakan agar menjadi pembelajaran dan potret sejarah bagi generasi berikutnya.
Makanya, saya selalu setuju penggalan atau pun
perjalanan hidup saya dengan daerah ini dibukukan. Saya memberi ruang seluas-luasnya kepada penulis, menguliti semua hal tentang diri saya baik secara pribadi maupun dalam kapasitas saya sebagai seorang bupati. Banyak hal baru terungkap di dalam buku ini yang tidak pernah sekali pun terhampar. Saya bersyukur, penulis
mampu meramu keinginan saya dengan tidak melihatnya dalam sudut pandang subjektivitas saya atau pun dirinya sebagai seorang ASN, bawahan saya sendiri.

Pun, saya juga baru mengenalnya. Tak terhitung kerja yang sudah kita tunaikan, telah banyak pula karya yang sudah kita capai bersama. Namun tentunya masihlah banyak celah kekurangan di sana-sini yang perlu dibenahi. Dan saya berharap, semoga kelak tangan-tangan kitalah yang melakukannya. Untuk itu saya bersama keluarga menyampaikan permohonan maaf sebesar dan setulus-tulusnya.

Buku ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Kabupaten Luwu. Izinkan saya menjadikan ini sebagai Kado Terindah, yang saya berikan untuk semua tangan yang telah menulis sejarah bersama-sama, yang telah memberi nafas kehidupan setelah melalui banyak rintangan dan perjuangan. Sebagai pribadi dan pemimpin, sedari dulu saya telah mendidik diri untuk selalu memberi bukan dilayani. Sekali pun secara pribadi, di hari terbitnya buku ini bertepan dengan kilas balik saya untuk pertama kalinya menghirup udara di dunia. 

Belopa, November 2023
Dr Drs H Basmin Mattayang Andi Sennu MPd
Bupati Kabupaten Luwu

Post a Comment

أحدث أقدم