KAU SEPOTONG LUKA YANG TAK INGIN SEMBUH

 


Penulis            : Darma Firdaus Sitompul

Editor              : Alvin Shul Vatrick

Penerbit           : CV. Akalanka Publisher

Cetakan           : Pertama, Juni 2022

ISBN              : 978-623-98799-3-8

Ukuran Buku  : 13 x 19 cm, 88 halaman

Harga              : Rp75.000 (Hard Cover)

 

Membaca beberapa puisi dari buku Kau Sepotong Luka yang Tak Ingin Sembuh. Begitu terasa diksi, metafora, dan semiotika mampu mengontruksi puitikanya sehingga memberikan sentuhan keindahan di setiap alur cerita, tema dan kontennya yang imajinatif-realistik juga menjadi “ruh” yang menghidupkan bait demi bait puisnya. Sebagian besar puisi dalam buku karya penyair Darma Firdaus Sitompul dari Bengkalis ini terinspirasi dari kisah atau kejadian-kejadian yang ada di seputar kehidupannya. Puisi-puisi dalam buku ini diyakini sebagai olahan dari sebuah kisah tentang seseorang yang selalu dirindukan kehadirannya, memberikan pesona cinta tanpa batas dan bahkan menjadi sumber kekuatan dan keindahan bagi aku lirik tapi sekaligus menjadi penyebab luka sehingga luka itu dibiarkan dan tidak ada upaya untuk mengobatinya. Semacam dilema. Jika luka itu sembuh, segala pesonanya akan hilang, jika dibiarkan ia tetap akan menjadi luka yang menyakitkan. Terasa absurd memang, tapi dari absurditas ini kita bisa menangkap kisah yang terjadi. Pernahkah anda memiliki kekasih tapi telah dimiliki hati yang lain? Itulah kira-kira dilemanya. Jika hubungan diteruskan akan terjadi cinta yang telarang. Sebagaimana kelaziman cinta, ketika ia datang dia akan menjadi sumber pesona kehidupan. Tetapi, persoalannya jika cinta bukan haknya, meski ia memaksakan diri untuk menerima dan menikmatinya ada beban batin yang terus akan mendera di sepanjang hidupnya, dan itulah luka. Luka yang tidak ingin disembuhkan karena di baliknya tersimpan napas bagi kehidupannya dan itu sangat bermakna. Larik / Memelukmu seumpama menghadap tuhan/Aku harus khusyuk dengan ayat rindu yang terucap, adalah sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa dia adalah anugerah dari Tuhan terindah sehingga menjadi arah setiap kerinduan. Sungguh diksi elegan yang menggambarkan ke dalam cinta dengan segala kesadaran, betapa pun anugerah itu menjadi dilema yang berakhir luka, luka yang tak ingin sembuh, seperti yang terungkap dalam larik berikut /Kau adalah sepotong luka yang tak ingin aku obati/.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama