Lingkaran Setan Kemiskinan Petani


"Lingkaran Setan Kemiskinan Petani"

Oleh : Masluky

Jika bertani serupa menanam harapan..
Satu bulir benih ditabur akan dipetik buah berlipat ganda..
Ekpektasi panen melimpah lalu menjalani hidup yang lebih layak..

Kisah berbeda datang dari seorang sahabat petani jagung di bumi tongkat kayu dan batu jadi tanaman..

Ironisnya, jauh panggang dari api..
Bayang-bayang banjir kala musim penghujan & kering kerontang disaat musim kemarau adalah kegelisahan panjang menghantui petani..

Di negeri agraris ini, bertani bak memakan buah simalakama.. 
Sebidang tanah warisan harus selalu hijau dengan tanaman budidaya agar asap di dapur terus mengepul..

Di sentra pertanian, ada 1001 persoalan menimpah petani..
Saat panen melimpah, bukan berarti persoalan selesai lalu petani berleha-leha..
Panjangnya rantai pasok & ketidakpastian pasar makin menyuburkan praktek kartel hingga petani merugi..

Rantai kemiskinan petani di desa serupa lingkaran setan terus menggelinding bak bola salju..

Karena miskin, akses & daya beli rendah, konsumsi kalori menjadi rendah, menghasilkan energi rendah pula sehingga produktivitas & income rendah...
Akhirnya, petani semakin miskin dan melahirkan generasi auto miskin...

Saat itulah, petani butuh infus u/ memperpanjang nafas dan detak nadi keberlanjutan pangan di desa..

Seraya berdo'a, akan ada tangan - tangan tuhan yang menjelma sebagai pemerintah..
Pemerintah sbg entitas kuasa, harus hadir memberi solusi akan ketidakberdayaan petani..

Beragam kebijakan perlu dirumuskan berdasar akar masalah lalu diramu bak obat mujarab & ditempah bak belati u/ memotong rantai kemiskinan petani...

Sumber Foto : Pak Kadding

2 Komentar

  1. Susah..... Soalnya tidak ada niat serius dari pemerintah untuk mengurus hasil panen semua dari kebun milik rakyat. Sektor hilir ( ekspor non migas) sebagai pintu saluran jual hasil tani yg melimpah, juga tumpul.

    BalasHapus
  2. Kita akan tunggu keseriusan MENHAN yang baru apakah beliau berani melakukan terobosan untuk sejahterakan petani

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama