Judul : Membaca Makna
Penulis : Sugiyatno DM
Editor : Dyah Nkusuma
Tata Letak : Alvin Shul Vatrick
Desain Sampul : Alvin Shul Vatrick
Penerbit : CV. Akalanka Publisher
Cetakan : Pertama, Desember 2022
Ukuran Buku : 14 x 21cm, 102 Halaman
ISBN : -
Harga Buku : Rp70.000,-
Sinopsis
Kumpulan puisi sepuluh larik ini adalah kumpulan puisi tunggalnya yang terbaru. Nyanyian Rindu (2010) merupakan satu di antara banyak karya tunggalnya. Untuk karya paling mutakhir ini Sugiyatno DM menyuguhkan judul Membaca Makna (2022).
Kepiawaian Sugiyatno DM dalam menyusun larik-larik indah sudah tidak diragukan. Dari seratus lima puluh karya PuSeRik-nya di dalam "Membaca Makna" ini, mari kita telisik PuSeRik keseratus duapuluh delapan, judulnya ANGIN.
/Selalu angin ini mengajakku bercanda, terlihat sederhana diksi yang dihadirkan, tetapi pada larik ini hemat saya adalah pembuka wajah kepiawaian sang penyair.
/Jangan hanya diam tapi bicaralah, penyair benar-benar mengajak kita yang membaca puisi ini seakan-akan angin tersebut tengah berada dekat dengannya, penyair mempersonifikasi angin dengan larik berikut:
/Biar
kutangkap kau, pada larik ini pembaca atau penikmat puserik beliau diarahkan
atau digiring ke dalam imajinasinya. Hal itu makin jelas giringan penyair kita
rasa apabila pembaca meneruskan menyimak bait kedua.
/Kau selalu memegang ujung bajuku
/Atau kadang memegang janggut ini
/Aku suka kau selalu menemaniku ke mana pun mau
/Kau adalah sahabatku
Penyair Sugiyatno DM sangat memahami dan ingin memanjakan pembaca dengan hal-hal yang menyenangkan, "nikmatilah puisiku dan kalian akan menyukainya," setidaknya hal itu yang ingin dikatakan sang penyair. Ini dibuktikan kembali pada bait ketiga:
/Angin biarkan aku selalu bersamamu
/Untuk sekadar melangkah menunggu waktu
/Tapi awas, jangan ngendon di perutku ya
Kepiawaian dalam merangkai kata-kata sederhana namun memikat sesungguhnya tidak mudah. Hanya karena jam terbang ke penulisan Sugiyatno DM yang sudah sangat panjang, maka dari seratus limapuluh puisi sepuluh larik karyanya, semua dapat pembaca nikmati dengan tidak perlu berpikir keras, namun kualitas sastranya tetap memperoleh porsi yang cukup luas.
Penggunaan kosakata aneka diksi dalam puisi memang didasari oleh persepsi masing-masing penyair. Pada dasarnya sangat terlihat ketika penyair menyusun karya, khususnya pada puisi sepuluh larik ini, sangat memahami psikologi para pembacanya.
Posting Komentar