Indonesia Merdeka

 

Rp

Penulis : Alvin Shul Vatrick, dkk

Editor   : Wahyu Agustin 

ISBN : -

Cover : Hard Cover

Halaman : 208 Halaman

Ukuran : 14,5 x 21 cm


Puisi sebagai tatanan kata-kata yang dipilih dan dirangkai untuk menimbulkan efek dan daya sentuh. Efek tersebut dapat berbentuk tipografi, bunyi, maupun secara makna menjadi lebih luas dan dalam. Luas dan dalamnya makna diharapkan memiliki daya sentuh yang dapat menyentuh ruang kesadaran manusia, empati, kesedihan, kebahagiaan, bahkan, keindahan. Daya sentuh tersebut akhirnya menjadi sebuah kekuatan batin puisi yang dibuat. Kata-kata sebagai alat bahasa sesungguhnya memiliki kekuatan-kekuatan, daya pukau, dan daya sentuh yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Kekuatan tersebut memiliki daya tarik untuk menggerakkan manusia bahkan ketika berada di titik nol.

Kekuatan ini dieksplorasi penyair untuk mengungkapkan ide atau gagasan agar dapat sampai (menyentuh) perasaan, imajinasi, dan pikiran pembaca. Eksplorasi tersebut dapat melalui beberapa cara, di antaranya: pemilihan kata, penggunaan majas, eksplorasi bunyi, penggambaran yang seolah bisa diraba, didengar, dibaui, dicecap, dilihat menggunakan indera pembaca atau disebut juga dengan imajiner, dan dengan berbagai potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan bahasa lainnya.

Jenis karya sastra puisi menggunakan bahasa imajinatif dengan ciri khas yang terletak pada perkuatannya, yakni pada kata-kata yang digunakan bahkan terkadang menggunakan perlambangan, perbandingan, juga persamaan untuk menambah nilai puitisnya sehingga sering kita mendapati puisi dengan berbagai macam bahasa figuratif. Seorang penyair menggunakan bahasa figuratif pun dengan maksud untuk menambah kualitas estetis pada makna semantisnya. Puisi sebagai bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan konsentrasi pada kekuatan bahasa dengan beberapa kaidah baik secara stuktur fisik/lahir maupun struktur batinnya.

 

Puisi di zaman sekarang bukan lagi karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan pakem-pakem yang harus diikuti sebagaimana syair, gurindam, atau pantun sebagai karya puisi lama. Namun, kini, kita lebih banyak menjumpai puisi yang bersifat bebas dan tidak terikat oleh adanya rima atau rumus persajakan, meskipun tetap ada ciri atau bentuk khas yang membedakannya dengan karya sastra yang lain. Ciri atau bentuk khas tersebut dapat berupa kekhasan dalam membuat tipografi, penggunaan diksi, tema-tema yang dipilih menjadi sebuah kebebasan yang berkarakter.

Artinya, setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana kepuitisan seperti irama, rima, diksi, dan lainnya untuk mengungkapkan ekspresi jiwa, bukan menjadikannya sebagai pengikat. Namun, kebebasan puisi sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus memiliki unsur-unsur pembentuk yang berkaitan dengan lahir dan batin di dalamnya. Struktur lahir puisi yaitu unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Sedangkan, struktur batin puisi yaitu unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam penulisan kata-katanya.

Struktur  batin meliputi, latar belakang pengarang, tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat atau tujuan (intention). Sedangkan struktur fisik puisi, yaitu perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, dan verifikasi (rima, ritme, dan metrum). Struktur-struktur inilah yang membentuk puisi menjadi indah, bernas, dan bermanfaat bagi pembaca.

 

Berbagai macam persoalan kehidupan dapat dituangkan ke dalam puisi dengan rasa dan nada sebagaimana cara pandang penyair dengan menggunakan bentuk dan diksi serta imajinasi pengarang. Dengan kekuatan ini, maka puisi akan memiliki karakter dengan kebebasannya namun tetap dalam ketaatan menggunakan kaidah. Teori ada untuk memandu dan memudahkan walaupun sebenarnya tanpa teori sesungguhnya dapat berkarya walaupun dengan proses panjang. Tidak ada salahnya semua dicoba dan dituangkan, dengan atau  tanpa  teori  yang  ada sehingga pada akhirnya kita menemukan kematangan dalam menulis puisi, matang secara lahir dan matang secara batin.

 

Strafara (Sastra Facebook Nusantara) sebagai salah satu komunitas sastra di nusantara selalu berusaha aktif melahirkan karya-karya berbentuk buku antologi bersama dengan biaya mandiri. Strafara mengajak anggota komunitasnya untuk terus aktif menulis dan mendokumentasikan karya anggota komunitasnya ke dalam bentuk buku antologi bersama dengan berbagai macam tema bersama yang diusung pada tiap-tiap buku. Kali ini, sampailah Strafara pada tema bersama, yaitu Indonesia Merdeka sekaligus menjadi judul buku ini.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama